Laman

Selasa, 27 Maret 2012

MATERI BUDI PEKERTI KELAS XI SEMESTER GENAP

KESAMAAN MARTABAT WANITA DAN PRIA
Jender merupakan suatu karakteristik pria dan wanita yang ditentukan oleh masyarakat yang bertentangan dengan ketentuan secara biologis. Secara biologis, seks sudah ditentukan sejak lahir, fungsi kelamin pria dan wanita tidak dapat dirubah.
Jender ditentukan oleh konstruksi sosial, bukan ditentukan sejak lahir. Laki-laki dan perempuan dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hal ini jender dapat mengandung arti bahwa manusia dilahirkan dan dididik sebagai perempuan dan sebagai laki-laki, Supaya kelak menjadi sosok perempuan dan laki-laki. Disini anak dididik untuk bersikap, berperilaku, melakukan pekerjaan yang pantas sebagai perempuan dan laki-laki dewasa. Anak dididik untuk berelasi dengan orang lain sehingga akhirnya membentuk identitas dan peran mereka dalam masyarakat.
Peran jender bagi pria dan wanita berbeda dalam masyarakat. Satu kelompok sosial dalam satu kebudayaan yang mempunyai kesamaan ras, kelas, status sosial ekonomi, usia dan lainnya dapat mempengaruhi apa yang dirasa sesuai untuk laki-laki dan perempuan. Sejalan dengan kebudayaan yang dinamis, maka kondisi sosial ekonomi pun berubah sehingga pola jender juga ikut berubah.
Dalam hubungan kerja, perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai peran dalam produksi (benda dan jasa) dan juga pada kehidupan publik, mulai dari tingkat lingkungan sampai tingkat pemerintahan. Namun demikian, tugas-tugas yang berhubungan dengan melahirkan dan merawat , selalu menjadi tanggung jawab perempuan. Akibatnya perempuan mempunyai hari kerja yang lebih lama daripada laki-laki.
Pada semua tingkatan dalam masyarakat, laki-laki lah yang umum memegang posisi tinggi dan berkuasa dalam pengambilan keputusan, sedangkan perempuan hanya berperan sebagai pendukung dan pengorganisir. Pekerjaan laki-laki cenderung di junjung tinggi dari pada pekerjaan perempuan.

Dalam kaitannya dengan kebudayaan, perempuan mengalami diskriminasi dalam lingkungan manapun. Agama dan kebudayaan kadang merupakan sumber dari ketidakadilan jender dan perbedaan hak. Boleh jadi agama mengajarkan persamaan hak untuk semua orang, tetapi dalam prakteknya peran perempuan mungkin ditiadakan dari hierarki agama. Dari segi kebudayaan, perempuan dimarginalkan dari posisi laki-laki. Misalnya waktu makan, perempuan selalu makan belakangan setelah laki-laki. Ibaratnya, perempuan makan dari sisa-sisa makanan laki-laki.
Dominasi laki-laki terhadap perempuan dialami dimana-mana dari setiap lingkup hidup kehidupan, di arena politik, pengadilan dan sistem peradilan, di pasar, di kelas, di klinik, di dalam organisasi, di rumah tangga, di perusahaan bahkan di tempat tidur sekalipun. Dalam situasi apapun, perempuan sering menjadi objek kekerasan kaum laki-laki.
Perempuan di anggap sebagai makhluk yang lemah, karena itu dinomor duakan, meski ia seorang profesor sekalipun . Secara kritis, hal ini terjadi karena adanya domestifikasi perempuan dalam iklim patrialkal.
o Bias Jender adalah pandangan dan perilaku Stereotipe. Misalnya wanita itu pasti memasak, pria tidak memasak.
o Mengatasi Bias Jender adalah pandangan dan perilaku melawan Stereotipe. Misalnya pria memasak, mengasuh anak, dst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar